Archives 2020

Audiensi Perdana Pengurus KIKE

Sejak resmi dideklarasikan pada 25 April 2019, Komunitas Indonesia untuk Kajian Eropa (KIKE) mulai menyusun dan merealisasikan sejumlah program kerja. Salah satu program kerja yang menjadi prioritas dari pengurus baru KIKE adalah melaksanakan audiensi ke sejumlah lembaga strategis. Kunjungan ini diharapkan dapat mengenalkan KIKE dan menjadikan KIKE sebagai mitra strategis lembaga-lembaga tersebut dalam bidang pendidikan, penelitian, perumusan kebijakan, dan lain-lain.

Drs.Muhadi Sugiono, M.A. selaku ketua KIKE mengawali rangkaian audiensi pada 12 Desember 2019 dengan mengunjungi Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Lembaga negara ini memegang peranan paling penting dalam pencapaian kepentingan Indonesia di luar negeri. Plt. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Teuku Faizasyah menerima langsung kunjungan tersebut dan menyambut positif kehadiran komunitas epistemik yang memiliki konsern pada kawasan Eropa dan Uni Eropa ini. Dengan kondisi yang masih tegang antara Indonesia dengan UE terkait isu kelapa sawit, Kehadiran lembaga seperti KIKE dianggap penting dalam mendukung pemerintah dalam mengkaji dan mempersiapkan langkah-langkah yang tepat dalam penanganannya. Tentu saja terhadap isu lainnya, keberadaan lembaga Think Tank Eropa pertama di Indonesia ini membuka peluang besar pada kerjasama di masa yang akan datang.

Pengurus KIKE bersama Dubes UE untuk Indonesia beserta staf

Masih pada hari yang sama, Duta Besar Uni Eropa (UE) untuk Indonesia, Vincent Piket beserta staf menerima enam pengurus inti KiKE di kantornya di kawasan Jl.Jend.Sudirman, Jakarta. Bagi KIKE, lembaga ini adalah lembaga terpenting kedua setelah Kementerian Luar Negeri RI yang menjadi pusat kajian dan kerjasama terkait isu-isu di Eropa dan Uni Eropa khususnya. Piket mengharapkan KIKE dapat menjadi jembatan bagi Uni Eropa dalam pelaksanaan sejumlah program kerja mereka. Pertemuan ini juga membuka peluang inisiasi bagi KIKE ketika ingin membangun kerjasama di luar program yang telah dirancang UE.

Kunjungan akhir ditutup dengan diterimanya pengurus KIKE oleh Ben Perkasa Drajat, Kepala Badan Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kawasan Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (BPPPKK Amerop Kemlu RI). Badan ini yang secara spesifik merumuskan sejumlah rekomendasi kebijakan luar negeri Indonesia terhadap kawasan Amerika dan Eropa. Dalam pembicaraan diketahui BPPPKK Amerop Kemlu RI telah pernah menjalin kerjasama mandiri dengan Universitas Bina Nusantara Universitas Brawijaya, Universitas Budi Luhur, dan Universitas Gadjah Mada, Universitas Moestopo Beragama, dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dalam kegiatan pendidikan.Universitas-universitas ini merupakan homebased para pengurus KIKE. Dengan mengetahui keberadaan KIKE, BPPPKK merasa sangat terbantu dalam upaya mengoptimalkan kajian Eropa di Indonesia. BPPPKK secara konkrit bermaksud menindaklanjuti pertemuan tersebut dengan kerjasama yang lebih strategis.

Pengurus KIKE bersama Ketua BPPPKK Amerop Kemlu RI dan staf

Rangkaian kunjungan ke tiga institusi di atas memberi aura optimis bagi perjalanan KIKE di masa yang akan datang. Kehadiran KIKE diharapkan dapat memajukan kajian Eropa secara umum dan Uni Eropa secara khusus dengan beragam perspektif yang kaya dari pengkaji Indonesia yang berasal dari berbagai latar belakang. Kehadiran para pengurus dan anggota KIKE yang berasal dari kalangan akademisi, praktisi, pengusaha, jurnalis yang tertarik menggali Eropa lebih dalam bukan tidak mungkin membuat ‘jarak’ antara Indonesia dan Eropa semakin tipis dan menjdi lebih strategis. (fvi)

KIKE Webinar Series 1
Webinar Regionalism and Global Pandemics: Comparative Perspectives of Southeast Asia, Europe and Latin America

Regionalisme dan Pandemi Global: Perspektif Komparatif Asia Tenggara, Eropa dan Amerika Latin

Pandemi Covid-19 mengubah secara drastis perkembangan hubungan internasional yang dimotori oleh globalisasi yang ditandai dengan semakin terbukanya batas-batas negara, semakin tingginya tingkat mobilitas barang, jasa dan orang serta, menurut banyak orang, semakin tidak relevannya kedaulatan. Ancaman penyebaran virus Covid-19 seolah membalik semua ‘kemajuan’ yang dicapai oleh umat manusia ini dan mengembalikan kepada negara semua otoritas yang dianggap semakin berkurang, jika bukan hilang. Hampir semua negara merespon ancaman Covid-19 dengan kebijakan-kebijakan yang berorientasi ke dalam (inward looking) dan unilateral. Sekalipun menjadi strategi yang membantu penanganan krisis dalam jangka pendek, dalam jangka panjang strategi yang berbasis nasional ini jelas jauh dari memadai: bukan hanya untuk mengatasi pandemi tetapi juga konsekuensi sosial, ekonomi maupun poltitiknya. Ancaman Covid-19 dan krisis yang diakibatkannya menuntut kerjasama internasional yang lebih erat. Tetapi, sementara kerjasama global tidak menunjukkan perkembangan yang menggembirakan, negara-negara perlu memberikan perhatian yang serius kepada kerjasama regional yang selama ini telah terbentuk dan relatif berjalan dengan baik.
Webinar ini dimaksudkan untuk mengeksplorasi kerjasama regional di Asia Tenggara (ASEAN), Eropa (Uni Eropa) dan Amerika Latin (UNASUR/MERCOSUR) dalam merespon pandemi Covid-19 serta konsekuensi yang ditimbulkannya dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut.
1. Apa dan bagaimana respon organisasi regional terhadap Covid-19?
2. Apakah organisasi regional memiliki mekanisme untuk menangani ancaman penyakit menular setelah munculnya ancaman-ancaman yang serupa seperti HIV/AIDS, SARS, Avian Flu dan sebagainya?
3. Apakah atau sejauh mana ancaman Covid-19 mendorong munculnya inisiatif-inisiatif kerjasama regional baik untuk menangani pandemi maupun konsekuensi dari pandemi?
4. Apakah atau sejauh mana Covid-19 menjadikan organisasi regional lebih relevan atau tidak relevan bagi kebijakan negara-negara anggotanya?


 

Regionalism and Clobal Pandemic: Comparative Perspectives of Southeast Asia, Europe and Latin America

The Covid-19 pandemic drastically changed the development of international relations driven by globalization, as marked by the opening of national borders, increasing mobility of goods, services and people and, many people believe, the irrelevance of sovereignty. The threat of the spread of the Covid-19 virus seems to have reversed all of the “progress” made by humanity and has returned to the state all the diminishing authorities. Almost all countries responded to the Covid-19 threat with inward looking and unilateral policies. Even though it seems this strategy helps in handling short-term crisis, in the long run this national-based strategy is clearly far from adequate: not only to overcome the pandemic but also its social, economic and political consequences. The Covid-19 threat and the resulting crisis demanded closer international cooperation. However, while global cooperation does not show encouraging development, countries need to pay serious attention to the existing regional co-operations, which have relatively been successful in helping their members to achieve their national goals.
This webinar is intended to explore regional cooperation in Southeast Asia (ASEAN), Europe (European Union) and Latin America (UNASUR / MERCOSUR) in responding to the Covid-19 pandemic and its consequences by answering the following questions.
1. What is the role of the regional organizations in responding Covid-19 or how did the regional organization respond to Covid-19?
2. Do regional organizations have mechanisms to deal with the threat of infectious diseases after the emergence of the similar threats such as HIV / AIDS, SARS, and Avian Flu?
3. Does or to what extent does the Covid-19 threat encourage regional cooperation initiatives to address both the pandemic and the consequences of the pandemic?
4. Does or to what extent does Covid-19 make regional organizations more relevant or irrelevant to the policies of its member countries?