Audiensi Perdana Pengurus KIKE

Sejak resmi dideklarasikan pada 25 April 2019, Komunitas Indonesia untuk Kajian Eropa (KIKE) mulai menyusun dan merealisasikan sejumlah program kerja. Salah satu program kerja yang menjadi prioritas dari pengurus baru KIKE adalah melaksanakan audiensi ke sejumlah lembaga strategis. Kunjungan ini diharapkan dapat mengenalkan KIKE dan menjadikan KIKE sebagai mitra strategis lembaga-lembaga tersebut dalam bidang pendidikan, penelitian, perumusan kebijakan, dan lain-lain.

Drs.Muhadi Sugiono, M.A. selaku ketua KIKE mengawali rangkaian audiensi pada 12 Desember 2019 dengan mengunjungi Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Lembaga negara ini memegang peranan paling penting dalam pencapaian kepentingan Indonesia di luar negeri. Plt. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Teuku Faizasyah menerima langsung kunjungan tersebut dan menyambut positif kehadiran komunitas epistemik yang memiliki konsern pada kawasan Eropa dan Uni Eropa ini. Dengan kondisi yang masih tegang antara Indonesia dengan UE terkait isu kelapa sawit, Kehadiran lembaga seperti KIKE dianggap penting dalam mendukung pemerintah dalam mengkaji dan mempersiapkan langkah-langkah yang tepat dalam penanganannya. Tentu saja terhadap isu lainnya, keberadaan lembaga Think Tank Eropa pertama di Indonesia ini membuka peluang besar pada kerjasama di masa yang akan datang.

Pengurus KIKE bersama Dubes UE untuk Indonesia beserta staf

Masih pada hari yang sama, Duta Besar Uni Eropa (UE) untuk Indonesia, Vincent Piket beserta staf menerima enam pengurus inti KiKE di kantornya di kawasan Jl.Jend.Sudirman, Jakarta. Bagi KIKE, lembaga ini adalah lembaga terpenting kedua setelah Kementerian Luar Negeri RI yang menjadi pusat kajian dan kerjasama terkait isu-isu di Eropa dan Uni Eropa khususnya. Piket mengharapkan KIKE dapat menjadi jembatan bagi Uni Eropa dalam pelaksanaan sejumlah program kerja mereka. Pertemuan ini juga membuka peluang inisiasi bagi KIKE ketika ingin membangun kerjasama di luar program yang telah dirancang UE.

Kunjungan akhir ditutup dengan diterimanya pengurus KIKE oleh Ben Perkasa Drajat, Kepala Badan Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kawasan Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (BPPPKK Amerop Kemlu RI). Badan ini yang secara spesifik merumuskan sejumlah rekomendasi kebijakan luar negeri Indonesia terhadap kawasan Amerika dan Eropa. Dalam pembicaraan diketahui BPPPKK Amerop Kemlu RI telah pernah menjalin kerjasama mandiri dengan Universitas Bina Nusantara Universitas Brawijaya, Universitas Budi Luhur, dan Universitas Gadjah Mada, Universitas Moestopo Beragama, dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dalam kegiatan pendidikan.Universitas-universitas ini merupakan homebased para pengurus KIKE. Dengan mengetahui keberadaan KIKE, BPPPKK merasa sangat terbantu dalam upaya mengoptimalkan kajian Eropa di Indonesia. BPPPKK secara konkrit bermaksud menindaklanjuti pertemuan tersebut dengan kerjasama yang lebih strategis.

Pengurus KIKE bersama Ketua BPPPKK Amerop Kemlu RI dan staf

Rangkaian kunjungan ke tiga institusi di atas memberi aura optimis bagi perjalanan KIKE di masa yang akan datang. Kehadiran KIKE diharapkan dapat memajukan kajian Eropa secara umum dan Uni Eropa secara khusus dengan beragam perspektif yang kaya dari pengkaji Indonesia yang berasal dari berbagai latar belakang. Kehadiran para pengurus dan anggota KIKE yang berasal dari kalangan akademisi, praktisi, pengusaha, jurnalis yang tertarik menggali Eropa lebih dalam bukan tidak mungkin membuat ‘jarak’ antara Indonesia dan Eropa semakin tipis dan menjdi lebih strategis. (fvi)

Deklarasi Komunitas Indonesia untuk Kajian Eropa

Sejumlah dosen ilmu hubungan internasional yang merupakan anggota Asosiasi Ilmu Hubungan Internasional Indonesia (AIHII) mendeklarasikan pembentukan Komunitas Indonesia untuk Kajian Eropa (KIKE) di Pekanbaru, Riau, Kamis, 25/4/2019.

Pembentukan wadah ini didasari oleh keinginan untuk mengembangkan kajian Eropa pada kampus-kampus di Indonesia, khususnya pada program studi Ilmu Hubungan Internasional.

Inisiator sekaligus Koordinator KIKE, Muhadi Sugiono, mengatakan bahwa para pengkaji Eropa sebenarnya telah cukup intensif menjalin komunikasi. Beberapa pertemuan rutin telah dihelat sejak tahun 2015, membahas berbagai topik terkait pembelajaran mata kuliah Eropa di perguruan tinggi.

“Eropa sejak dulu menjadi kawasan penting di dunia. Perkembangan mutakhir dengan makin eksisnya integrasi Eropa menjadikan kawasan ini makin strategis. Indonesia sangat berkepentingan menjalin hubungan dengan kawasan ini. Itulah sebabnya kita perlu wadah permanen,” kata Muhadi.

Deklarasi pembentukan KIKE sebagai organisasi mandiri merupakan bagian dari “Workshop on Teaching and Researching Europe” yang berlangsung sejak tanggal 24 April 2019. Workshop ini diikuti oleh 35 peserta dari 26 perguruan tinggi yang mempunyai mata kuliah terkait Eropa.

Berbagai topik kajian dan penelitian menjadi bahasan forum selama dua hari. Termasuk soal keputusan Uni Eropa yang menolak masuknya produk kelapa sawit, khususnya CPO. Indonesia merespon kebijakan ini dengan mengancam boikot produk-produk asal Eropa.

“Padahal Uni Eropa itu tidak bisa digertak-gertak. Kita harus memahami Uni Eropa agar dapat memenangkan diplomasi ekonomi. Ini yang masih kurang. Makanya kita membentuk wadah ini, agar dapat memberi masukan kepada pemerintah,” kata Muhadi yang juga tercatat sebagai dosen HI Universitas Gadjah Mada ini.

Sementara itu, Ketua Umum Pengurus Pusat AIHII, Dr. Yusran, menyambut baik terbentuknya KIKE sebagai organisasi mandiri. Di dalam AIHII ada banyak komunitas epistemik yang mengkaji isu spesifik. Selain KIKE, ada komunitas pengkaji perbatasan, keamanan, Asia Timur, Timur Tengah, globalisasi dan masyarakat sipil, dan sebagainya.

“KIKE bisa menjadi role model bagi komunitas epistemik lainnya. Selama ini, kami di AIHII terus memberikan dukungan untuk aktivitas rekan-rekan komunitas epistemik. Setiap tahun, kita selenggarakan Konvensi Nasional AIHII yang mempertemukan semuanya,” jelas Yusran.

Dosen HI Universitas Budi Luhur Jakarta ini berharap langkah KIKE dapat diikuti oleh komunitas epistemik di lingkungan AIHII.(*)