Archives November 27, 2020

INDONESIA – VISEGRAD GROUP POTENTIAL DIGITAL ECONOMY COOPERATION

The Policy Analysis and Development Agency of the Indonesian Ministry of Foreign Affairs held a virtual Focus Group Discussion with the theme ‘Potential for Digital Economic Cooperation with Visegrad Countries (Poland, Czech, Slovakia, and Hungary)’, on November 25, 2020.

In this activity, there were four resource persons who presented related topic, i.e.: Indonesian Investment Opportunities to Visegrad Countries in the Digital Economy Sector (Dr. Ben Perkasa Drajat / BPPK Kemenlu); Potential Cooperation in the Digital Economy Sector with the Visegrad Group (Hendra Manurung / Indonesia Community for European Studies); Efforts of Business Actors in the Digital Economy Sector (Bima Laga / Buka Lapak); and the Contribution of the Digital Economy to National Economic Growth (Dheky Wardana / PT. Vensia Event Indonesia). The event attended by around 30 active participants from the Indonesia Community for European Studies and Indonesia Ministry of Foreign Affairs.

After the Cold War (1990), the Visegrad countries which previously joined the Soviet Union Defense Alliance, ‘Warsaw Pact’, decided to join the North Atlantic Treaty Organization (NATO) in March 1999. The Visegrad group was formed on 15 February 1991 in the castle town of Visegrad (Hungary). Then, the four countries together with Lithuania, Estonia, Latvia, Poland, Czech, Hungary, Slovakia, Slovenia, Malta, and Cyprus joined the European Union on May 1, 2004.

The Visegrad countries leaders have always worked together to increase and strengthen cooperation in the political, military, cultural, economic, and energy fields in line with efforts to advance integration into the European Union during the last 16 years (2004-2020).

The FGD activity also discussed the background of the digital economy cooperation between Indonesia and the Visegrad countries; ease of doing business, e-government, e-services, e-commerce, and Indonesia’s outward investment in Visegrad countries and vice versa; Digital Agenda For Europe 2021-2027; the need to optimize the support of the Indonesian government and the Visegrad countries to enhance and strengthen digital economic cooperation through the existence of a clear Master Plan related to the formation of digital economic cooperation; opportunities and challenges that are currently and likely to be faced; clear, transparent, directed and measurable regulations on digital economic cooperation; need the right policy; research and development in the region and internationally; internet penetration preparation; optimizing the role of micro, small and medium enterprises in facing advances in information technology, how to use them in the digital economic sector; as well as preparing Indonesian human resources.

In conclusion, the topic raised in this FGD is interesting and challenging for further elaboration by holding a bigger event in 2021, with inviting Visegrad Ambassadors in Indonesia, policy-makers, scholars, researchers, academics, experts, and students who concern about the future of Indonesia’s digital economy cooperation with the European Union, especially the Visegrad countries.

POTENSI KERJA SAMA EKONOMI DIGITAL INDONESIA DENGAN VISEGRAD GRUP

Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia menyelenggarakan kegiatan Focus Group Discussion secara virtual mengangkat tema ‘Potensi Kerja Sama Ekonomi Digital dengan negara-negara Visegrad (Polandia, Ceko, Slowakia, dan Hongaria)’, pada tanggal 25 Nopember 2020. Dalam kegiatan tersebut, ada 4 (empat) narasumber yang mempresentasikan paparan terkait: Peluang Investasi Indonesia ke Negara-Negara Visegrad di sektor Ekonomi Digital (Dr. Ben Perkasa Drajat / BPPK Kemenlu); Potensi Kerja Sama di Sektor Ekonomi Digital bersama Visegrad Grup (Hendra Manurung / KIKE); Upaya Pelaku Usaha di Sektor Ekonomi Digital (Bima Laga / Buka Lapak); dan Kontribusi Ekonomi Digital terhadap Pertumbuhan Ekonomi Nasiona (Dheky Wardana /  PT. Vensia Event Indonesia). Acara dihadiri oleh sekitar 30 orang peserta aktif dari Komunitas Indonesia untuk Kajian Eropa (KIKE) dan Kementerian Luar Negeri Indonesia.

Seusai Perang Dingin (1990), negara-negara Visegrad tersebut yang sebelumnya bergabung dengan Aliansi Pertahanan Uni Soviet, ‘Pakta Warsawa’, memutuskan bergabung ke Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Maret 1999. Visegrad grup dibentuk pada 15 Pebruari 1991 di kota kastil Visegrad (Hongaria). Kemudian keempat negara tersebut bersama-sama Lithuania, Estonia, Latvia, Polandia, Ceko, Hongaria, Slovakia, Slovenia, Malta, dan Siprus bergabung pada Uni Eropa pada 1 Mei 2004.

Para pemimpin negara-negara Visegrad ini selalu berupaya untuk bersama-sama bagaimana meningkatkan dan menguatkan kerja sama di bidang politik, militer, budaya, ekonomi dan energi seiring upaya memajukan integrasi ke dalam Uni Eropa selama 16 tahun terakhir ini.

Dalam kegiatan FGD juga dibahas latarbelakang kerja sama ekonomi digital Indonesia dan negara-negara Visegrad; ease of doing business, e-government, e-services, e-commerce, dan outward investment Indonesia di negara-negara Visegrad dan vice versa; Digital Agenda For Europe 2021-2027; perlunya optimalisasi dukungan pemerintah Indonesia dan negara-negara Visegrad untuk meningkatkan dan menguatkan kerja sama ekonomi digital melalui adanya Master Plan yang jelas terkait pembentukan kerja sama ekonomi digital; peluang dan tantangan yang sedang dan kemungkinan besar akan dihadapi; regulasi kerja sama ekonomi digital yang jelas, transparan, dan terarah, dan terukur; perlu kebijakan tepat; research and development di kawasan maupun internasional; persiapan penetrasi internet; optimalisasi peran usaha mikro, kecil, dan menengah menghadapi kemajuan teknologi informasi, bagaimana pemanfaatannya pada sektor ekonomi digtal; serta penyiapan sumber daya manusia Indonesia.

Disimpulkan, topik yang diangkat dalam Focus Group Discussion ini menarik untuk dielaborasi lebih lanjut dengan mengadakan acara lebih besar di 2021 mengundang Duta Besar negara-negara Visegrad, policy-makers, penggiat, peneliti, akademisi, pakar, dan mahasiswa, yang peduli pada masa depan kerja sama ekonomi digital Indonesia dengan Uni Eropa, khususnya negara-negara Visegrad.

In English Click Here

WEBINAR PEMBUKA EU27: UNI EROPA PASCA BREXIT OLEH KIKE DAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

18 November 2020 – KIKE (Komunitas Indonesia untuk Kajian Eropa) bersama dengan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya menyelenggarakan kegiatan Webinar Nasional yang “ke-2” pada tahun ini akan diselenggarakan selama 2 hari dengan berisikan 1 Webinar Pembuka dan 6 Panel. Webinar yang dihadiri hampir 800 peserta ini dapat terselenggara dengan sukses salah satunya atas dukungan partnership seperti UBL TV, yang membantu dalam proses publikasi.

Webinar ini dihadiri oleh Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam, Ketua Umum KIKE, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya, Ketua Prodi Hubungan Internasional Universitas Brawijaya, dan akademisi lainnya. Webinar dibuka oleh Bapak Muhadi Sugiono selaku Ketua Umum Komunitas Indonesia untuk Kajian Eropa yang kemudian dilanjutkan oleh kata sambutan dan penyampaian materi yang diberikan oleh Mr. Vincent Piket selaku Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam yang sangat mendukung diselenggarakannya kegiatan ini. Materi yang diberikan oleh Duta Besar Mr. Vincent Piket membicarakan banyak sektor mengenai Uni Eropa, sehingga diharapkan mampu memberikan wawasan baru untuk seluruh peserta webinar yang hadir. Selain itu, Bapak Muhadi Sugiono, selaku Ketua Umum KIKE, mendapatkan kesempatan untuk memaparkan materi, yang salah satunya adalah membahas European Integration Theory.

Webinar ini juga menjadi perkenalan awal hasil tulisan yang ditulis oleh akademisi dari gabungan beberapa Universitas di Indonesia yang tergabung dalam KIKE (Komunitas Indonesia untuk Kajian Eropa), yang nantinya akan dibukukan dan akan menjadi sebuah buku yang menarik untuk dibaca dan dipahami bagi setiap akademisi yang berfokus pada Kajian Eropa.

Diharapkan dengan diadakannya webinar ini, akan membuka wawasan kepada seluruh peserta yang telah hadir dalam webinar perihal isu-isu yang berkembang di Kawasan Eropa, baik dalam sektor ekonomi, politik, dan sosial. Sehingga semakin banyak akademisi dan mahasiswa yang tertarik kepada Kajian Eropa.

His Excellency Mr. Vincent Piket menjelaskan secara umum bahwasanya, minggu yang krusial untuk UK setelah brexit, dan menjelaskan secara merinci mengenai kondisi beserta penjelasan dampak kepapda EU pasca brexit yang terjadi, salah satunya bagi seluruh masyarakat  di 27 Negara EU, bagaimana system dari berbagai aspek yang sebelumnya berjalan pada dasar dan prinsipnya mulai dari ekonomi, politik, sosial, lingkungan, budaya, dan aspek lainnya menjadi begitu sangat berubah drastic dan setiap Negara EU diharuskan untuk beradapasi pada perubahan ini. Menurutnya, kejadian ini merupakan sebuah keadian yang mengejutkan banyak pihak dan banyak yang tidak menginginkan hal ini terjadi, tetapi memang harus di terima oleh banyak pihak dengan lapang dada dan terus menatapnya baik dan berorientasi pada solusi positif untuk kondisi yang lebih baik dan kembali stabil. Dan Ia juga memastikan bahwa dengan keadaan yang berubah seperti ini, mereka akan tetap melanjutkan langkah kerja sama, koordinasi, dan menjalin relasi yang baik dalam berbagai bidang, ekonomi, lingkungan, politik, social dan juga salah satunya lebih rinci pada kerja sama lingkugnan dan penanganan permasalahan terorisme, dan lain-lainya.

Bapak Muhadi Sugiono menjelaskan mengenai teori integrasi Eropa dan Brexit, beliau membahas ini dikarenakan banyak sekali pihak  melihat permasalahan ini dari berbagai spekulasi dan berbagai pandangan yang beragam. Beliau juga menjelaskan relevansi brexit sebagai isu atau permasalahan yang ada dengan prinsipal sebuah teori di dalam hubungan internasional yaitu teori integrasi. Dan beliau juga menambahkan bahwa Integrasi Eropa berhasil memimpin pembangunan sebuah teori integrasi. Selain itu, di dalamnya, beliau menjelaskan beberapa komponen pembahasan diantaranyaa; penjelasan umum perihal adanya pernyataan mengenai disentegrasi EU, selanjutnya narasi umum mengenai EU, dan Teori Integrasi Eropa. kontekstualisasi brexit, dan masih banyak lagi penjelasan lainnya. Selain itu, Bapak Aswin memaparkan konteks Uni Eropa dari sudut pandang non-european. Secara khusus beliau membahas bagaimana dinamika dan prospek hubungan EU dan Tiongkok.